Matahari baru beranjak dari peraduannya, suara burung berkicau seolah bernyanyi dengan riangnya, suasana pagi itu seakan menyatu dengan hiruk pikuk masyarakat di Kampung Ansok, Desa Benua Kencana, Kecamatan Tempunak di Kabupaten Sintang.
Di kampung yang dihuni oleh sekitar 80 Kepala Keluarga ini lahir sebuah ide untuk membuat air menjadi api. Mereka menyebutnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.
Masyarakat Ansok sudah terlalu lama menunggu pemerintah mengadakan penerangan listrik untuk kampung yang berjarak sekitar 60 Km dari Kota Kabupaten Sintang. Masyarakat ingin menikmati terangnya listrik di malam hari. Dengan melihat keinginan masyarakat yang sangat tinggi, Antong (33 tahun) salah satu pemuda di kampung itu, mengadakan pertemuan dengan masyarakat lainnya.
Dalam pertemuan ini muncul satu kesepakatan bersama untuk membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dengan kondisi apa adanya “dalam pertemuan itu juga saya dipercaya kawan-kawan sebagai pendamping dalam pembangunan PLTMH tersebut “ Jelas Antong yang biasa dipanggil Apai Riska ini.
Untuk membangun PLTMH tentunya mereka memerlukan sejumlah dana yang cukup besar. Setelah mereka mendiskusikan secara matang, mereka pun meminta bantuan kepada CU Keling Kumang (CUKK) supaya dapat mewujudkan keinginan membangun PLTMH, karena masyarakat Kampung Ansok tidak kurang dari 80% adalah anggota CUKK
“Sebelum mendapat pinjaman dari CUKK, kami mengundang mengundang seorang konsultan PLTMH dari Bandung. Konsultan tersebut melakukan survei dan analisis kelayakan di lapangan, dan memastikan apakah PLTMH tersebut bisa berjalan sesuai keinginan atau tidak. Menurut hasil survei, dipastikan PLTMH ini bisa berjalan. Dan akhirnya pembangkit itu dibangun dengan menghabiskan biaya Rp.231 juta yang sebagian besar bersumber dari CUKK,” jelas Antong sambil menyapu keringat setelah 15 menit berjalan ke lokasi PLTMH bersama Drs Milton Crosby, Msi, Bupati Sintang dan Yohanes RJ, GM CUKK saat peresmian.
Dalam kata Sambutannya, Apai Riska selaku ketua Pembangunan PLTMH menjelaskan, pembangunan PLTMH ini bermodalkan kemauan yang kuat dari masyarakat. “Sebelum listrik ini menyala saya pernah diolok oleh seseorang bahwa saya tidak bisa melihat air mengalir, air kencing mengalir saja bisa jadi listrik. Ini menjadi cambuk bagi saya bersama seluruh anggota kelompok PLTMH ini. Ini murni swadaya masyarakat tanpa bantuan sepeser pun dari Pemda. Kalau ada pribadi yang ingin menyumbang kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami sudah terlalu lama menunggu bantuan dari pemerintah. Setiap ada pemilihan kepala daerah selalu ada janji bahwa listrik akan masuk atau jalan akan mulus. Tapi setelah 64 tahun Indonesia Merdeka hal ini juga tidak kunjung datang. Yang benar ternyata kami harus memerdekakan diri kami sendiri dari kegelapan dengan mengubah air yang mengalir ini menjadi api,”katanya dengan nada tinggi sambil memandang Bapak Milton, Bupati Sintang yang duduk tepat di depannya.
Mengakhiri kata sambutannya Apai Riska mengucapkan banyak terima kasih kepada CUKK yang telah membantu masyarakat dengan pinjaman bunga rendah “Pinjaman ini benar-benar telah membantu kami sekampung. Tanpa pinjaman sosial dari CUKK tidak mungkin listrik ini mengalir” kata Apai Riska sebelum mengakhiri kata sambutan dalam peresmian PLTMH tersebut
Menurut Adryanus Somek, Kepala Urusan Kredit CUKK, produk pinjaman sosial merupakan pinjaman khusus yang diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat. Pinjaman ini bunganya sangat rendah yaitu 1,5% menurun. “Ini merupakan salah satu komitmen CUKK dalam membantu anggotanya,” tambah Somek yang biasa dipanggil Apak Piau ini sambil tersenyum
Dalam kesempatan yang sama, Yohanes RJ, General Manager CUKK menjelaskan, “Pinjaman sosial untuk PLTMH ini memang berguna sekali. Paling tidak ada tiga manfaat langsung. Pertama, dengan PLTMH masyarakat bisa berhemat sekitar Rp 400 ribu/bulan. Karena biaya untuk menghidupkan mesin dompeng per bulan untuk setiap keluarga tidak kurang dari Rp 600 ribu. Dengan adanya PLTMH satu keluarga hanya mengangsur Rp 200 ribu/bulan. Apabila angsuran sudah lunas maka setiap KK tidak memiliki beban lagi kecuali beban pemeliharaan PLTMH.”
Kedua, dengan adanya PLTMH mau tidak mau masyarakat harus menjaga hutan di hulu sungai. Apabila hutan di hulunya dibabat atau diserahkan untuk menjadi kebun sawit maka sungai akan kering. Apabila sungai kering maka tidak mungkin listrik bisa menyala. Oleh karena itu masyarakat harus menjaga hutan. Ketiga, dengan PLTMH masyarakat berhasil menciptakan energi alternatif. Dengan energi alternatif ini berarti masyarakat Ansok telah berkontribusi kepada negara berupa penghematan energi di tengah-tengah krisis energi dunia
“Oleh karena itu jagalah hutan, jagalah PLTMH ini atau saya lebih suka menyebutnya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Manusia yang Hidup agar kita tetap bisa menikmati listrik ini. Selamat kepada masyarakat Ansok. Semoga dapat menjadi contoh bagi kelompok masyarakat atau anggota CUKK di wilayah lain yang belum menikmati listrik negara 24 jam” terang Yohanes berapi-api saat mengakhiri kata sambutannya dalam peresmian PLTMH tersebut.
Di kampung yang dihuni oleh sekitar 80 Kepala Keluarga ini lahir sebuah ide untuk membuat air menjadi api. Mereka menyebutnya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro.
Masyarakat Ansok sudah terlalu lama menunggu pemerintah mengadakan penerangan listrik untuk kampung yang berjarak sekitar 60 Km dari Kota Kabupaten Sintang. Masyarakat ingin menikmati terangnya listrik di malam hari. Dengan melihat keinginan masyarakat yang sangat tinggi, Antong (33 tahun) salah satu pemuda di kampung itu, mengadakan pertemuan dengan masyarakat lainnya.
Dalam pertemuan ini muncul satu kesepakatan bersama untuk membangun PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) dengan kondisi apa adanya “dalam pertemuan itu juga saya dipercaya kawan-kawan sebagai pendamping dalam pembangunan PLTMH tersebut “ Jelas Antong yang biasa dipanggil Apai Riska ini.
Untuk membangun PLTMH tentunya mereka memerlukan sejumlah dana yang cukup besar. Setelah mereka mendiskusikan secara matang, mereka pun meminta bantuan kepada CU Keling Kumang (CUKK) supaya dapat mewujudkan keinginan membangun PLTMH, karena masyarakat Kampung Ansok tidak kurang dari 80% adalah anggota CUKK
“Sebelum mendapat pinjaman dari CUKK, kami mengundang mengundang seorang konsultan PLTMH dari Bandung. Konsultan tersebut melakukan survei dan analisis kelayakan di lapangan, dan memastikan apakah PLTMH tersebut bisa berjalan sesuai keinginan atau tidak. Menurut hasil survei, dipastikan PLTMH ini bisa berjalan. Dan akhirnya pembangkit itu dibangun dengan menghabiskan biaya Rp.231 juta yang sebagian besar bersumber dari CUKK,” jelas Antong sambil menyapu keringat setelah 15 menit berjalan ke lokasi PLTMH bersama Drs Milton Crosby, Msi, Bupati Sintang dan Yohanes RJ, GM CUKK saat peresmian.
Dalam kata Sambutannya, Apai Riska selaku ketua Pembangunan PLTMH menjelaskan, pembangunan PLTMH ini bermodalkan kemauan yang kuat dari masyarakat. “Sebelum listrik ini menyala saya pernah diolok oleh seseorang bahwa saya tidak bisa melihat air mengalir, air kencing mengalir saja bisa jadi listrik. Ini menjadi cambuk bagi saya bersama seluruh anggota kelompok PLTMH ini. Ini murni swadaya masyarakat tanpa bantuan sepeser pun dari Pemda. Kalau ada pribadi yang ingin menyumbang kami mengucapkan banyak terima kasih.
Kami sudah terlalu lama menunggu bantuan dari pemerintah. Setiap ada pemilihan kepala daerah selalu ada janji bahwa listrik akan masuk atau jalan akan mulus. Tapi setelah 64 tahun Indonesia Merdeka hal ini juga tidak kunjung datang. Yang benar ternyata kami harus memerdekakan diri kami sendiri dari kegelapan dengan mengubah air yang mengalir ini menjadi api,”katanya dengan nada tinggi sambil memandang Bapak Milton, Bupati Sintang yang duduk tepat di depannya.
Mengakhiri kata sambutannya Apai Riska mengucapkan banyak terima kasih kepada CUKK yang telah membantu masyarakat dengan pinjaman bunga rendah “Pinjaman ini benar-benar telah membantu kami sekampung. Tanpa pinjaman sosial dari CUKK tidak mungkin listrik ini mengalir” kata Apai Riska sebelum mengakhiri kata sambutan dalam peresmian PLTMH tersebut
Menurut Adryanus Somek, Kepala Urusan Kredit CUKK, produk pinjaman sosial merupakan pinjaman khusus yang diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat. Pinjaman ini bunganya sangat rendah yaitu 1,5% menurun. “Ini merupakan salah satu komitmen CUKK dalam membantu anggotanya,” tambah Somek yang biasa dipanggil Apak Piau ini sambil tersenyum
Dalam kesempatan yang sama, Yohanes RJ, General Manager CUKK menjelaskan, “Pinjaman sosial untuk PLTMH ini memang berguna sekali. Paling tidak ada tiga manfaat langsung. Pertama, dengan PLTMH masyarakat bisa berhemat sekitar Rp 400 ribu/bulan. Karena biaya untuk menghidupkan mesin dompeng per bulan untuk setiap keluarga tidak kurang dari Rp 600 ribu. Dengan adanya PLTMH satu keluarga hanya mengangsur Rp 200 ribu/bulan. Apabila angsuran sudah lunas maka setiap KK tidak memiliki beban lagi kecuali beban pemeliharaan PLTMH.”
Kedua, dengan adanya PLTMH mau tidak mau masyarakat harus menjaga hutan di hulu sungai. Apabila hutan di hulunya dibabat atau diserahkan untuk menjadi kebun sawit maka sungai akan kering. Apabila sungai kering maka tidak mungkin listrik bisa menyala. Oleh karena itu masyarakat harus menjaga hutan. Ketiga, dengan PLTMH masyarakat berhasil menciptakan energi alternatif. Dengan energi alternatif ini berarti masyarakat Ansok telah berkontribusi kepada negara berupa penghematan energi di tengah-tengah krisis energi dunia
“Oleh karena itu jagalah hutan, jagalah PLTMH ini atau saya lebih suka menyebutnya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Manusia yang Hidup agar kita tetap bisa menikmati listrik ini. Selamat kepada masyarakat Ansok. Semoga dapat menjadi contoh bagi kelompok masyarakat atau anggota CUKK di wilayah lain yang belum menikmati listrik negara 24 jam” terang Yohanes berapi-api saat mengakhiri kata sambutannya dalam peresmian PLTMH tersebut.
11.36 | 4
komentar | Read More